Keuntungan
lainnya, pelanggan akan terbebas dari masalah kesalahan catat penggunaan
listrik yang sering kali terjadi. Pelanggan juga terbebas dari sanksi
pemutusan telat bayar listrik. Bagi PLN sendiri, layanan ini sekaligus menjawab
keluhan pelanggan selama ini tentang pembacaan meter yang salah oleh petugas
PLN. Selain
itu, pelanggan juga tidak perlu khawatir mati listrik mendadak saat stroom yang
tertera di meter sudah habis. Karena secara otomatis, meteran prabayar akan
memberikan alarm (buzzer) jika jumlah kilowatt hour sudah mulai habis.
Bunyi
buzzer ini disatu sisi berguna kepada pemilik rumah sebagai
"war-ning" disatu sisi lagi juga dianggap mengganggu. Misalnya bila
muncul suara buzzer cukup nyaring, bukan hanya mengganggu kita tetapi juga
mengganggu tetangga. Sayangnya buzzer tidak akan berhenti kalau belum
me-lakukan pengisian token atau pulsa. Karenanya, jangan sampai kehabisan
pulsa.
Keuntungan
lain, dengan menggunakan listrik prabayar pelanggan tidak dikenakan biaya
abonemen lagi. Soal tarif, menurut PLN, sebenarnya tidak ada perbedaan tarif
antara listrik pasca bayar dan prabayar. Bedanya jika menggunakan listrik
prabayar itu tidak ada rekening mi-nimum sehingga kalau pemakaian rendah tidak
kena rekening minimum.
Misalnya
untuk daya 2.200 voltampere (VA), rekening minimumnya Rp 68 ribu. Jadi jika
pelanggan pascabayar pemakaian listriknya di bawah Rp 68 ribu maka tetap kena
tagihan rekening minimun Rp 68 ribu.
Sedangkan
dengan listrik prabayar, bila pemakaian memang kecil maka tagih-an rekeningnya
bisa kurang dari Rp 68 ribu. Bahkan bila rumah ternyata kosong dan tidak
pakai listrik sama sekali tidak usah bayar. Intinya, prabayar tidak menggunakan
rekening minimum.
Benarkah
lebih mahal?
Namun
memang banyak konsumen yang merasa menggunakan listrik prabayar jauh lebih
mahal. Mengapa? Salah seorang konsumen listrik prabayar mengaku dikenakan biaya
Rp20.000 untuk pemasangan alat listrik prabayar. Kemudian diganti dengan
pulsa/token 33 kWh.
“Kemudian
kami membeli pulsa senilai Rp100 ribu melalui ATM. Nilai uang tersebut setara
dengan 158 kWh setelah dipotong PPN dan administrasi bank senilai Rp5.000. Jadi
biaya yang kami keluarkan Rp120.00 untuk 191 kWh( 33 kWh + 158 kWh), “ ujarnya.
Padahal
menurutnya, jika dibandingkan dengan simulasi untuk tarif listrik pascabayar di
website PLN untuk pemakaian 191 kWh dengan golongan tarif rumah tangga dan
batas daya 900 VA hanya membutuhkan biaya Rp105.145, itu pun sudah termasuk
biaya beban.
Pengguna
lain yang menambah daya listrik dengan listrik prabayar jaga harus mengeluarkan
biaya ekstra. Misalnya mengganti sekering menjadi MCB membutuhkan dana Rp 200
ribu. Kemudian Rp100 ribu digunakan ongkos pasang MCB plus mendapat pulsa awal
Rp 20 ribu.
Agar
Tetap Hemat
PLN
sendiri mengatakan tarif yang sama dikenakan untuk pengguna listrik prabayar
maupun pascabayar. Namun bila ada pelanggan prabayar yang tetap merasa membayar
lebih mahal, bisa jadi dikarenakan pemakaian yang berlebihan dan jauh dari
hemat.
Secara
umum, penghematan dalam listrik prabayar tidak jauh berbeda dengan penggunaan
di pasca bayar. Pelanggan dapat melakukan langkah-langkah dalam menggunakan
alat listrik.
Cek
pemakaian KWH per hari, agar bisa memperkirakan kapan KWH habis agar listrik di
rumah tidak padam gara-gara telat beli token/pulsa. Selain itu dengan mengecek
KWH, juga akan diketahui dan diperkirakan berapa kebutuhan listrik per bulan
dan langkah penghematannya.
Hindari
penggunaan energi listrik pada waktu beban puncak (17.00 – 22.00), - Menyalakan
alat listrik seperlunya dan bergantian serta - Permudah sinar matahari pagi dan
sore memasuki ruangan.
Tetap
gunakan lampu hemat energi dalam keseharian meskipun awalnya membeli lebih
mahal.
Memilih
elektronik di rumah tangga yang lebih hemat energi harus tetap dilakukan.
Nyalakan televisi, radio dan tape recorder bila benar-benar ingin
ditonton dan didengarkan dan segera matikan bila tidak digunakan. Begitu pula
peralatan rumah tangga lain, terutama yang membutuhkan banyak energi sebut saja
AC, magic com dan mesin cuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar